Pilih Mana : Keamanan atau Keselamatan..?

Foto ilustrasi
Malang,Ege New's__  Ada sebuah ungkapan mengatakan: “Hidup adalah perjuangan”. Apakah anda setuju dengan ungkapan itu? Sesuatu yang kita perjuangkan tentunya adalah sesuatu yang sangat penting. Hidup adalah  milik setiap orang yang sangat penting. Oleh karenanya  setiap orang akan berjuang mati-matian untuk mempertahankan dan memilikinya. Pertanyaannya sekarang,  apakah kita memahami akan makna hidup itu sendiri? Pemahaman kita akan makna hidup itu akan mewarnai perjuangan kita terhadap hidup ini. Karena dengan memahami makna hidup maka orang akan memiliki tujuan hidup.
Dengan tujuan hidup ini barulah ada motivasi untuk memperjuangkan apa yang menjadi tujuan hidupnya. Judul renungan di atas memberitahukan kita adanya 2 pilihan tujuan hidup. Yaitu apakah tujuan hidup kita di dunia ini untuk  mencari “Keselamatan” atau mencari “Keamanan”? Namun sebelum anda menetapkan pilihan, tentunya anda harus memahami  lebih dulu perbedaan antara kata keselamatan dengan kata keamanan. Dewasa ini banyak orang acuh tak acuh  memperhatikan betapa pentingnya memahami arti kata “keselamatan”, karena pada umumnya orang berpikir antara kata  “Keselamatan” dengan kata “Keamanan” adalah dua kata yang sama artinya. Dalam bahasa Inggeris diterjemahkan berbeda antara kata keselamatan dan kata keamanan. Keselamatan diterjemahkan “Salvation” sedangkan Keamanan diterjemahkan  dengan kata “Safety”.

Tuhan Yesus sendiri datang ke dalam dunia ini dengan misi keselamatan bukan misi keamanan, sebab itu Tuhan Yesus datang sebagai Juruselamat bukan datang sebagai Jurukeamanan, jadi arti kata keselamatan dengan arti keamanan  adalah mempunyai makna yang berbeda. Begitu pula dengan kata “Juruselamat” dengan “Jurukeamanan juga mempunyai makna peran yang berbeda. Juruselamat hanya dilakukan oleh Allah sendiri di dalam Tuhan Yesus Kristus. Sedangkan Jurukeamanan dilakukan oleh para penguasa/pemimpin dunia yang diwadahi oleh Badan Dunia yang bernama PBB. Jelas sekali perbedaannya, bukan? Sebab itu tidaklah mengherankan kalau mayoritas orang di dunia ini bersikap acuh tak acuh terhadap tawaran anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus. Karena mereka mengira bahwa keselamatan  identik dengan keamanan (safety). 

Apakah makna keamanan yang disalah tafsirkan hingga saat ini? Umumnya orang mendefinisikan keamanan itu sama dengan keselamatan, mereka  berasumsi keamanan sebagai berikut: Hidup nyaman/ nikmat , memiliki banyak uang, banyak harta, banyak tabungan/deposito, memiliki kesehatan, memiliki kepintaran,  sangat relijius, punya moral baik semuanya diukur dari segi lahiriah. Lalu mereka berpikir buat apa keselamatan itu? Bukankah dengan memiliki semua itu berarti saya sudah memiliki keamanan berarti saya juga memiliki keselamatan? Itulah gambaran secara umum anggapan banyak orang mengenai keselamatan. Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah  “Keselamatan“ seperti itu yang dibawa Yesus ke dunia ini? Sama sekali bukan! Kalau kita mau jujur dewasa ini  “Keselamatan” yang dibawa oleh Yesus diartikan secara keliru sebagai arti keamanan semata (keselamatan versi  manusia). Arti Keselamatan yang diberikan oleh Tuhan Yesus telah direduksi artinya sedemikian rupa menjadi keselamatan yang gampangan dan disepelekan orang. Bahkan telah diperjual belikan orang laksana barang komoditi/ barang dagangan, di mana para rohaniwan, para imam/imam besar zaman sekarang ini laksana seorang makelar sedang mempromosikan barang dagangannya di pasar (Untuk hal ini dalam Alkitab Tuhan Yesus pernah mengecam kelakuan para pemimpin agama dan orang Farisi ).

Mereka bukan memberitakan Injil Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus, mereka menyerongkan/memutarbalikkan/memalsukan Injil Keselamatan Tuhan Yesus Kristus dengan mengajarkan hidup aman berkelimpahan sebagai keselamatan. Dan ajaran seperti ini sangat laku dijual ketimbang Injil Keselamatan yang dibawa oleh Tuhan Yesus. Maka tidaklah mengherankan tempat ibadah/gereja bentukan mereka lebih banyak pengunjungnya, samahalnya pada zaman Tuhan Yesus yang hanya mempunyai 12 orang pengikut, itupun semuanya pernah menyangkal Yesus. Sehingga Yesuspun hanya berdua dengan Bapa-Nya (Bapa Surgawi). Umat manusia zaman sekarang ini bersikap masabodoh dengan anugerah keselamatan, mereka berpikir  buat apa keselamatan itu?  Hidup saya sekarang sudah mapan/aman/safety, paling paling yang saya butuhkan adalah agama yang bisa mententramkan hati saya. Dengan begitu saya bisa berdoa untuk mengamankan harta yang sudah ada. Tuhan tidak ubahnya sebagai satpam untuk hidup mereka. Mereka berkilah bukankah saya sudah menjadi orang yang bermoral baik, suka beramal, menolong orang miskin, bukankah semua agama mengajarkan kebaikan untuk bisa masuk ke surga dan itu yang saya lakukan. Itulah argument mereka, mudah mudahan bukan kita diantaranya. Bagi kebanyakan orang keselamatan diartikan sebagai keamanan semata, segalanya tidak lepas dari uang. Itulah faktanya di dunia ini.  Mungkin kita sering mendengar kata kata berikut ini: “Kalau orang ingin selamat di dunia ini orang harus punya nafkah/pekerjaan, punya kesehatan, punya keluarga, punya anak, punya koneksi. Ditambah lagi dengan  banyak amal berbuat baik, maka mereka yakin akan selamat masuk surga. Itulah sebabnya karya penyelamatan Tuhan Yesus tidak direspon dengan baik dan dianggap sepele. 

Tradisi/adat istiadat lama seperti kawin mengawinkan, beranak-cucu, mencari/memburu uang, makan minum tetap dipertahankan. Padahal kedatangan Tuhan Yesus ingin merubah tradisi/ adat istiadat itu dengan cara hidup yang baru. Sebab itu manusia  perlu dilahirkan kembali (Lahir Baru). Para Rohaniwan (Para Imam/Imam Besar bersama pengikutnya ) tetap mempertahankan tradisi lama ini sejak zaman perjanjian lama, zaman perjanjian baru bahkan sampai saat ini terus berlangsung. Sayang sekali tradisi/adat istiadat ini juga mendominasi gereja gereja di dunia ini pada zaman ini. Menyikapi fenomena ini hendaknya kita menyadari bahwa rangkaian adat istiadat yang pernah dikecam oleh Tuhan Yesus waktu berhadapan dengan orang parisi merupakan belenggu yang membahayakan dan mencengkeram kita. Kalau kita coba mempelajari  berita pertobatan yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis, waktu itu Ia berseru: “Bertobatlah karena kerajaan Allah sudah dekat”. Di samping orang banyak yang berbondong-bondong menemuinya, ada juga para pemimpin agama/orang Farisi. Melihat kedatangan pemimpin agama/orang Farisi ini, Yohanes Pembaptis bukan bersikap ramah terhadap mereka, justru sebaliknya Yohanes Pembaptis menghardiknya dengan kata kata keras sebagai berikut: “Hai kamu ular beludak, jangan harap kalian telah lepas dari hukuman Allah”. Kedatangan Yohanes Pembaptis yang merupakan perintis kedatangan Sang Juruselamat Tuhan Yesus Kristus dengan tegas menyatakan bahwa manusia belum lepas dari hukuman Allah. Berarti tanpa perjumpaan dengan sang Juruselamat maka manusia belum lepas dari hukuman Allah alias belum selamat. Untuk bertemu dengan Sang Juruselamat manusia haruslah dilahirkan kembali (Lahir Baru).

Pemimpin agama/orang Farisi bersama pengikutnya merasa bahwa mereka adalah keturunan Abraham, orang orang pilihan Allah, ternyata perkiraan mereka keliru dengan menjadi orang yang relijius bukanlah jaminan bahwa mereka sudah diselamatkan. Karena keselamatan bukanlah diperoleh dengan jalan agama atau jalan-jalan lainnya. Keselamatan terjadi karena belas kasihan Allah yang diwujudkan dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Umat beragama pada zaman itu bahkan sampai sekarang ini beranggapan bahwa dengan memiliki agama berarti mereka telah ber-Tuhan atau memiliki Tuhan. Sungguh salah kaprah! Agama bukanlah Tuhan. Oleh sebab itu agama tidak dapat menyelamatkan manusia, termasuk agama Kristen, karena Tuhan Yesus datang bukan mempromosikan suatu agama tertentu, tapi Ia datang sebagai Juruselamat. Kepada siapapun yang perlu belas kasihannya akan dilahirkan baru. Sebaliknya kepada orang orang  yang telah merasa aman berlindung dibalik kedok agamanya, merasa aman berlindung  dibalik hartanya, prestasinya, amal perbuatan baiknya, maka bagi mereka telah tertutup pintu keselamatan, karena mereka  mengabaikan grasi pengampunan atas hukuman dosa yang telah ditetapkan untuk mereka. Kiranya renungan ini boleh menyadarkan kita, bahwa kita sangat membutuhkan keselamatan bukan keamanan dunia ini yang bersifat sementara. Keselamatan dari Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus adalah bernilai kekal. Sama halnya dengan ungkapan yang mengatakan : “Hidup adalah Perjuangan“,  Demikian pula Keselamatan juga adalah perjuangan! Bagi mereka yang memilih keamanan duniawi, maka keamanan adalah suatu perjuangan dan mungkin dalam waktu singkat anda dapat memperolehnya  bahkan anda dapat mewariskannya kepada keturunan anda, tapi patut juga diingat bahwa keamanan duniawi juga bersifat sementara/singkat, paling lama umur anda di dunia ini 100 tahun. Tapi lain halnya dengan keselamatan butuh perjuangan yang panjang dan berat dan masing masing harus  memperjuangkannya sendiri sendiri tidak dapat diwariskan. Namun setelah berhasil dalam perjuangan itu maka akan memperoleh hidup yang bernilai kekal bukan hanya 100 tahun, tapi bernilai ribuan tahun bahkan jutaan atau milyaran tahun. Silahkan memilih!

Oleh : Andereas Dermawan adalah seorang misionary penginjil radio di FEBC Manila, Filipina, anggota GBI, dan alumni Christian Leadership Training di Haggai Institute, USA
Share this post :

Posting Komentar

Popular Post

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. EGEDY NEWS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger