Pulau Owi, Biak,Papua |
Malang, Ege News__Bagi orang kebanyakan, melihat Pulau Owi saat ini tentu tidak terlalu
istimewa. Sebuah pulau terpencil di kawasan Biak Timur, Papua, seluas
820 hektar dan dihuni kurang dari seribu nelayan. Fasilitas sosial yang
ada hanyalah dua buah SD, Posyandu dan gereja di desa Owi dan Saredi,
yang dilayani jalan sepanjang 15 kilometer.
Hanya saja, disana terdapat tiga hamparan bekas landasan pacu pesawat
terbang yang tidak terurus. Namun bagi seorang Freddy Numberi, pulau
yang penah dijuluki An Island of Death ini merupakan sebuah “mutiara” yang menyimpan keajaiban”.
Pulau Owi memiliki peran yang sangat strategis dalam Perang Dunia Kedua
bagi pasukan Sekutu untuk mengalahkan Jepang, di wilayah Pasifik dan
Asia Tenggara. Bermodalkan nilai sejarah yang sangat besar inilah, maka
tidak berlebihan apabila diimpikan Pulau Owi menjadi titik utama
pariwisata di masa depan.
Apabila, keindahan alam lautnya juga sangat mempesona. Pulau karang ini
dikelilingi oleh tiga Taman Laut, yakni Padaido, Pulau Rani-Mapia, dan
Pulau Meos Indi. Dengan demikian Pulau Owi dianggap dapat menjadi
sekaligus obyek wisata sejarah, wisata bahari, dan wisata budaya, dan
menjadi salah satu penghela gerbong ekonomi mensejahterakan Papua.
Jenderal Douglas MacArthur sebagai Panglima Wilayah Pasifik Barat Daya
pasukan Sekutu Amerika Serikat berpendapat, bahwa untuk melumpuhkan
Jepang harus diputus nadi kekuatannya pada Pulau Luzon, Filipina. Maka
markas Komando Sekutu dipindah dari Brisbane, Australia, ke Hollandia,
yang kini dikenal sebagai Jayapura. Dari sini, diharapkan dengan
strategi “Loncat Katak (frogleap)”, melalui Biak dan Morotai, dapat
merebut Filipina.
Teknologi pesawat tempur saat itu, memerlukan titik-titik pengisian
bahan bakar, diantaranya untuk merebut Biak yang diduduki oleh 11.000
tentara Jepang. Pasukan Dai Nippon tersebut bermarkas di goa-goa, yang
saling berhubungan satu dengan lainnya. Untuk itu ditemukanlah sebuah
pulau karang yang sangat ideal. Yakni sepi terpencil, tidak jauh dari
Biak, relatif landai dengan tekstur karang keras berpasir, dan menyimpan
air tawar.
Target waktu gerakan pasukan Sekutu dari Papua Nugini ke Filipina harus
tuntas di akhir tahun, maka pada Mei 1944 itu pula pasukan Zeni dari
Sekutu dalam tempo satu minggu menyelesaikan tiga landasan pacu pesawat
tempur di Pulau Owi. Hancuran karang ditebar, lalu disiram dengan air
laut, maka menjadi landasan pesawat yang cukup keras.
Dalam bukunya “Keajaiban Pulau Owi” itulah Freddy Numberi
menguraikan kisah Perang Dunia Kedua terkait dengan peran sejarah Pulau
Owi secara detail. Dirangkai pula dengan potensi dan impian indahnya
untuk menggali “mutiara” pulau karang yang menarik tersebut menjadi
destinasi wisata bagi Papua, lengkap dengan rencana strategisnya.
Wilayah Tanah Papua memiliki potensi kekayaan pariwisata yang sangat
luar biasa besarnya, apabila dikelola secara professional, arif dan
bijaksana, hal itu akan menghasilkan devisa yang sangat besar bagi
Negara, termasuk bagi kesejahteraan masyarakat Papua, diantaranya adalah
obyek wisata sejarah di Pulau Owi. Pulau Owi memang memiliki potensi
besar untuk tumbuh Keajaiban Pulau Owi.
Dalam rangka pengembangan Pulau Owi sebagai salah satu obyek wisata di Wilayah Tanah Papua, bagi para pengusaha dan kalangan stakeholder
yang lain dapat diberikan kemudahan-kemudahan sebagai insentif guna
menunjang pembangunan pulau tersebut. Beberapa faktor yang dapat
dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam memilih Pulau Owi sebagai
salah satu obyek wisata berbasis sejarah dan kepariwisataan Papua pada
umumnya.
SUMBER: http://papua-paradise.blogspot.com/
Oleh : Alfred Pekei
Posting Komentar