Tradisi “Yuwoo” di pedalaman Paniai

Frans Bobii, S.AP - Tokoh Masyarakat Papua ( Photo Istimewa )
Frans Bobii Tokoh masyarakat Paniai
Malang, Ege News__Tradisi masing-masing suku memiliki kekhasan khusus. Keunikannya dapat kita jumpai di berbagai kegiatan yang dilaksanakan, antara lain  sistim pembayaran mas kawin, sistim bercocok tanam, termasuk sistim adat yang lain. Salah satu sistim ekonomi yang terkenal hingga saat ini adalah pesta Yuwoo (Pesta Babi).


Pesta Yuwoo memiliki makna dalam kehidupan strata sosial bagi kehidupan manusia Mee, di pelataran sepanjang gunung Wayland, Makataka, Kegata. Pelaksanaan pesta babi yang seringkali disebut Yuwoo, berawal  ketika seorang Tonawi ( orang berada, kaya) pada  suatu wilayah/kampung. Dahulu yang menjadi tuan pesta Yuwoo, adalah seseorang yang memiliki status sosial dalam tatanan kehidupan manusia dimana mereka berada.
Yuwoo terdiri dari dua kata yakni Yuu dan Woo. Yuu memiliki arti harafiah ”Yuu” seni suara” yang diungkapkan ketika melakukan tarian Waituu. Sedangkan “Woo” menunjukkan ungkapan suatu keagungan atas pelaksanaan suatu kegiatan.
Maka disimpulkan, suatu tarian yang mengungkapkan kebesaran dan kemewahan atas kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu pesta babi. Artinya kemegahan akan diwujudkan dalam suatu tatanan sosial. Sebagaimana kita ketahui bersama untuk mengungkapkan dan menunjukkan kebesaran dan kejagoan bahwa memiliki gaya hidup yang esensial.
Sebagaimana kita ketahui dan kenal dalam budaya Suku Mee yang memiliki nilai yang sangat tertinggi adalah pesta babi. Sebab pesta Yuwoo akan menunjukkan beberapa aspek yang dapat dijumpai ketika kegiatan sakral. Seseorang dikatakan tuan pesta Yuwoo, jika seseorang dikatakan orang Tonawi ( kaya ). Dimaksud kaya atau orang berada karena orang tersebut mampu menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dikalangan masyarakat setempat.
Selain itu dia juga memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi, dan memiliki istri lebih dari dua atau lebih. Tidak hanya itu, ia memiliki piaraan babi (kandang) 50-100 ekor babi. Seseorang dikatakan tuan pesta Yuwoo, jika seseorang mampu menengahi/menyelesaikan persoalan atas masalah-masalah sosial, tanpa membedakan latar belakang dalam kekerabatan.

Keputusan Pesta Yuwoo

Keputusan untuk melaksanakan pesta Yuwoo merupakan kesepakatan bersama warga setempat. Tidak hanya diputuskan oleh seseorang yang memiliki kekayaan yang banyak saja. Sebab,  dalam pesta Yuwoo akan memperlihatkan beberapa hal, maka diperlukan persiapan yang matang, baik persiapan babi, kebun, dan hal yang lain yang akan digunakan pada hari pelaksanaan pesta tersebut.
Keputusan pelaksanaan pesta tersebut harus berasal dari kalangan masyarakat ekonomi lemah. Mengapa demikian ? Sebab tolak ukur sukses tidaknya pesta Yuwoo akan terlihat jika kelompok sosial yang kalangan kecil merasakan kepuasannya atas pesta tersebut.

Persiapan Pesta Yuwoo

Persiapan pesta Yuwoo ( pesta babi), dilakukan dalam kurun waktu yang ditentukan yakni satu tahun atau satu tahun 6 bulan. Dalam kurung waktu yang ditentukan masyarakat melakukan sejumlah usaha. Piara babi hingga mencari uang melalui berbagai kegiatan yang bisa mendatangkan uang (mege). Lazimnya persiapan yang dikenal dalam kalangan masyarakat Mee, yaitu diantaranya membuat perahu, membuat pagar, membelah kayu bakar, dan membuat kebun.
Pada intinya untuk mencari Mege (uang). Tidak hanya itu, akan tetapi juga seseorang yang tidak mampu atau tidak memiliki bakat piara atau berkebun, dia menjadi tukang kerja bagi tuan pesta, entah mempersiapkan pagar, kebun dan membantu memberikan makan. Hal itu dilakukan guna mendapat bagian ketika pesta adat dilakukan.
Proses pelaksanan pesta Yuwoo, memiliki beberapa tahapan. Pertama, persiapan awal, yakni membuka kebun, membeli bibit atau anakan babi, dan mempersiapkan pagar dan kayu buah, yang nantinya digunakan membuat rumah atau tempat menampung babi di kala pesta Yuwoo tiba. Kedua, ketika pelaksanaan Yuwoo tinggal menghitung hari, tuan pesta dibantu oleh kerabatnya membangun Yuwo Owaa (tempat menampung babi). Selama kurun waktu dua hari segala sesuatu yang berkaitan dengan makan minum, bakar batu dipersiapkan. Upaya kerja keras dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu itu terkait pesta itu membutuhkan tenaga, maka semua keluarga yang memiliki hubungan kekerabatan akan berkumpul untuk membantu mempersiapkan segala sesuatu.

Yuwoo, Ajang Jaling Hubungan Kekerabatan

Pelaksanaan pesta Yuwoo ( pesta babi), menjadi ajang berkumpulnya seluruh kerabat, baik hubungan dari mama ataupun dari bapak. Sekalipun orang sudah lupa hubungan tete, nenek moyang, namun di ajang pesta ini akan berdatangan untuk menghadiri. Bahkan kesempatan itu digunakan untuk mencari tahu hubungan darah yang dimaksud. Melalui kegiatan ini juga para kerabat akan mengenal hubungan sebelumnya; mereka datang membawa babi/ makanan/ atau bahan lain yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut sebagai tanda ikatan keluarga.

Yuwoo, Ajang Peningkatan Ekonomi

Dari pesta ini memiliki beberapa makna yang terlihat, salah satu diantaranya Yuwoo menjadi ajang peningkatan ekonomi. Ekonomi masyarakat di satu wilayah yang memiliki rencana pesta Yuwoo pasti berjuang untuk membangun ekonomi keluarganya. Dalam persiapan peningkatan ekonomi berjuang mendatangkan uang (mege). Dan hasil piaraannya dipasarkan ketika pesta babi dilaksanakan. Misalnya seseorang piara babi lebih dari 5-10 ekor pasti dibeli oleh mereka yang membutuhkan babi, baik dibeli secara antero ataupun separuh dan juga secara jual perkulit. Sehingga orang-orang yang piara babi pasti mengumpulkan keuntungan dari hasil piaraannya. tidak hanya itu, akan tetapi juga melalui hasil kerjaan lain, semisal membuat pagar atau kayu dan bahan makanan pasti akan dibeli oleh sesama warga yang tidak mempersiapkannya.

Yuwoo, Ajang Politis Bagi Tuan Pesta

Jika kita toleh kebelakangan, pesta Yuwoo dimasa lalu dan kini sangat berbeda. Pasalnya, hampir semua nilai sakralnya dilupakan, atau tak terlihat. Sebab hampir semua kegiatan diliputi dengan nilai-nilai modern. Hal-hal itu dapat kita lihat ketika mulai mengambil keputusan hingga pelaksanaan pesta Yuwoo. Persoalannya, jika dalam keputusan yang ditentukan hanya oleh sepihak maka disimpulkan bahwa tuan pesta memiliki unsur kepentingan politik bukan pesta adat yang sebenarnya.
Karena dalam pelaksanaan pesta tersebut ada unsur terpaksa atau dipaksakan oleh seseorang untuk menunjukkan kemampuan agar disebut sebagai orang Waah/hebat di kalangan masyarakat. Hal ini berakibat fatal kepada sistim nilai yang sebenarnya, dan juga akan berdampak pada persiapan ekonomi masyarakat dalam persiapan. Apalagi diputuskan dalam waktu yang singkat. Hal ini sering menimbulkan putusnya huhungan kekeluargaan atupun dis-humani dalam pelaksanaan pesta tersebut

By: Frans Bobbi, S.AP,  Penulis adalah tokoh masyarakat Papua, berdomisili di Kampung Ayatei.
Share this post :

Posting Komentar

Popular Post

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. EGEDY NEWS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger