Jayapura,Ege News__Antropolog dari Universitas Cenderawasih, Papua, Frans Apomvires,
mengatakan, noken kini di ambang kepunahan.
Noken masih dipakai sebagai sarana pembawa, tetapi terbatas di kampung atau pedalaman. Di kota, noken hanya dipakai sebagai pajangan, simbol kepapuaan seseorang.
Noken masih dipakai sebagai sarana pembawa, tetapi terbatas di kampung atau pedalaman. Di kota, noken hanya dipakai sebagai pajangan, simbol kepapuaan seseorang.
”Sayang, kenapa baru ditetapkan sekarang saat noken hampir punah. Namun, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Ini sangat baik bagi orang Papua,” kata Frans.
Menurut dia,
dengan penetapan noken sebagai warisan budaya dunia, nama Papua kian
terangkat. Ia pun berharap pemerintah menyiapkan kebijakan khusus
terkait noken, baik dari aspek pelestarian maupun ekonomis, seperti saat
batik ditetapkan sebagai warisan budaya dunia beberapa tahun lalu oleh
UNESCO. Saat itu pemakaian batik digalakkan. Cara pandang masyarakat
berubah, yakni memakai batik menjadi sesuatu yang membanggakan.
Noken dipakai hampir oleh semua suku di Papua. Noken menjadi semacam simbol kesejahteraan,” ungkap Frans lagi.
Seperti
batik, noken di Papua masih sangat berpeluang untuk dikembangkan, baik
dari segi warna, motif, bentuk, maupun material bahan bakunya. Noken di
Papua dibuat dari bagian tumbuhan, seperti akar anggrek hutan, kulit
kayu berbagai pohon, daun kelapa, atau pelepah kulit sagu. Daya pakainya
bisa mencapai tahunan. Proses pembuatan noken oleh mama-mama Papua atau
pemakaian noken yang dibebankan di dahi juga menjadi pemandangan
menarik yang berpotensi menjadi daya tarik wisata.
Semoga dengan
penetapan noken sebagai warisan budaya dunia membuat noken-noken orang
Papua ikut terisi. Kesejahteraan mereka terangkat. Ini tercapai jika ada
kebijakan yang tepat dari pemerintah.
Sumber: http://travel.kompas.com/read/2012/12/12/17451693/Noken..Tas.Anyaman.Benang.Asli.Papua
Oleh: Alfred Pekei
Sumber: http://travel.kompas.com/read/2012/12/12/17451693/Noken..Tas.Anyaman.Benang.Asli.Papua
Oleh: Alfred Pekei
Posting Komentar